Kamis, 24 September 2015

Akhir perjalanan: Apa yang saya pelajari dari berbisnis Oriflame?

Entah ini sudah bulan ke berapa saya enggak buka neng vee three. :D
Oh ya, itu sebutan V3, -yang saat ini sudah berganti wajah lebih cantik jadi neng V4 (vee four) :p

Well, barangkali sudah 6 bulan, atau 8 bulan, sejak saya terakhir kali mengakses V3. Boro boro belanja, ngetik oriflame.co.id aja udah enggak pernah. Nutrishake abis dan badan ngaco lagi, saya cuek aja. Serum abis, saya juga cuek. Enggak sempat. Juga enggak ingat.

Yang dulu deg-degan tiap tanggal 30 atau 31 karena itu berarti hari tupo nasional, sekarang udah enggak lagi. Deg-degannya maju jadi tanggal 25 sebab tanggal 28 mesti nge-gaji orang-orang. #loh

Begitu lah.

Saat ini saya sudah meninggalkan bisnis Oriflame. Dan postingan ini akan menjadi postingan terakhir di blog ini.

Kenapa saya posting?

Salah satu teman yang dulu saya bujuk buat ikutan dan cuma bilang "nanti kalau saya mau ikutan, saya hubungi ya"kemudian memenuhi janjinya. Ia betul-betul menghubungi saya setelah .... ..dua tahun kemudian, mungkin? Hahaha. Yang jelas, dulu saya nawarin dia join Oriflame masih pakai BB dan BBM-an, sekarang saya udah lupa gimana chatting pakai BBM. :D

Juga ada beberapa calon prospek yang membaca blog ini, betul-betul menghubungi saya.

Jadi, saya putuskan untuk membuat postingan ini. Postingan 'Good bye'. Dengan harapan, saya enggak mesti merasa bersalah dan minta maaf karena mereka udah salah alamat ketika mengirim pesan dan ingin join Oriflame melalui saya.


Kenapa saya berhenti berbisnis Oriflame? 



Ya berhenti saja. Enggak ada masalah dengan upline ataupun downline, ataupun manajemen Oriflame. Saya berhenti dengan sangat sadar. Sama sadarnya seperti saat saya mencoba bisnis ini,lalu berproses dan menjadi SM dalam waktu lumayan singkat lalu menjadi Director dan menerima bonus yang Rp7juta itu. Pada akhirnya semua tentang prioritas. Kita memilih mana yang menjadi prioritas. Saat ini, prioritas saya ialah membesarkan 'bayi'. My new baby is my own business  Arkea.id.  Jika saya bisa resign dari kerjaan kantoran yang memberikan gaji lumayan banget demi membesarkan Arkea, maka tak terlalu sulit untuk 'resign' dari Oriflame.

Dan begini rupanya sebuah impian yang diyakini itu.

Melihat ke belakang, saya sadar, saya tak pernah berani meninggalkan pekerjaan untuk fokus di Oriflame. Tapi ternyata impian lainnya lah yang bisa membuat saya memutuskan keluar dari dunia rutinitas gaji bulanan. Para leader yang sukses dan tajir melintir berkat bisnis Oriflame itu pun menjadi besar karena keyakinannya atas Oriflame tak terbantahkan lagi, melainkan tambah kuat dari hari ke hari.

Dan tentu saja, seperti layaknya sebuah agama atau rasa jatuh cinta, maka keyakinan ini pun tak bisa dipaksakan.  Betul? :D

Mundur dari Oriflame juga bukan keputusan mudah.

Dulu, yang kerap membuat saya 'berat' meninggalkan Oriflame ialah para downline. Saya yang ajak mereka, mengajari, dan kadang-kadang mereka terang-terangan bilang "bantu saya."

Lama-lama saya makin sadar, kita tidak bisa membantu orang yang tidak ingin membuat dirinya berubah, Mau belajar katanya, tapi selalu jadi cita-cita. Ingin punya rumah, leluasa kasi jajan buat anak, tapi kebanyakan mengeluh. Ya mungkin saja saya juga belum bisa jadi leader yang patut dicontoh. Belum cukup pintar. Apalagi bijak. Jadi kalau saya bertahan di Oriflame hanya karena ingin menunjukkan saya cukup baik memimpin tim, berarti ada yang salah dengan diri saya. Kalau saya bertahan hanya untuk dilihat orang lain bahwa saya mampu bertahan demi mendaki tangga success plan Oriflame, maka berarti saya lah yang insecure. 

Bergabung dengan Oriflame berarti mewujudkan impian. Tapi kadang-kadang, kita malah menjalankan impian orang, harapan orang, bukan impian kita sendiri.

Dalam proses memutuskan berhenti berbisnis Oriflame ternyata memberi saya pelajaran besar. Sebab pada akhirnya, jalan apapun yang kita pilih untuk mewujudkan impian hanyalah sebuah jalan. Jujur dengan impian sendiri pun butuh jiwa besar.

Lepas dari Oriflame seperti sekarang membuat saya juga 'lepas' dari Facebook. Sudah enggak sempat dan merasa enggak punya tujuan lagi buat FB-an. Kalau dulu FB-an buat memperluas jaringan, kini enggak terlalu valid lagi. Beda segmen pasar. Kalau kelihatan sering-sering FB-an oleh para klien ntar malah dikira enggak kerja. Hahahaha.  Dan ternyata saya cukup nyaman. Tak aktif di FB tak membuat saya kehilangan sesuatu.

Tapi lepas dari Oriflame tak lantas membuat saya lepas dari orang-orang yang saya kenal di Oriflame. Biasa saja. Enggak seintens dulu memang, tapi masih saling sapa.

Dan yang penting, setelah lepas dari Oriflame, ternyata saya masih membawa semua pengetahuan dan keterampilan bisnis yang saya pelajari dulu. Kini, semua itu sangat saya terapkan saat menjalankan bisnis Arkea. Apa saja?


Tools yang progresif


Oriflame itu MLM paling canggih, menurut saya. Selain inovasi pada produk, mereka juga menyiapkan perangkat yang inovatif. Progresif. Tools nya luar biasa. Untuk analisis bisnis aja, dikasi activity report. Transparan dan real time. Kita bisa memantau bisnis kita saat itu juga. Langsung terlihat poinnya, Kelihatan siapa saja member baru, dsb. Apps mobile nya juga TOP.

Di Arkea, saya belum bisa lah invest untuk membangun sistem sendiri. Kami menggunakan trio management tools yaitu Asana (masih versi gratis), getharvest dan forecast harvest. Dua tools yang saya sebut terakhir berbayar, totalnya sekitar USD150 per bulan. Untuk tempat pengumpulan dokumen dan kerjaan, kami menggunakan Google Drive yang berbayar -terintegrasi dengan layanan google bisnis (email app, etc) sekitar USD40 per bulan. Kapan-kapan saya review detil di blog sicaharum.com ya. :)

Well, thanks to Oriflame.


Katalog


Show the product, tell it by your own words. Apapun yang kita jual, siapkan katalog yang bertutur, yang menggiurkan, yang menggoda. Oriflame banget kan? Katalognya menggiurkan. Cakep banget. Dan selalu fokus bercerita pada manfaat yang akan dirasakan calon pembeli. Biar konsumen makin yakin, ceritakan kisah personal kita dengan produk itu. Begitu kan?

Di Arkea, saya punya produk dan servis yang saya buat sendiri. Artinya, saya tidak sedang menceritakan produk orang. Lha kalau saya cerita tentang produk sendiri ya si klien akan gampang berkomentar "lha ya namanya juga orang jualan". Jadi tantangannya: bagaimana membuat klien Arkea bercerita tentang Arkea? Bagaimana agar mereka bersedia memberi testimoni tanpa kita minta.  Sejauh ini, pemasaran Arkea masih sangat 'tradisional'. Dari mulut ke mulut. Itu yang membawa kami punya klien dari personal hingga korporat, juga pemerintah dan organisasi. Tanpa iklan. Bahkan company profile (compro) baru beres digarap sebulan silam. Versi sebelumnya, saya buatkan saja majalah semi compro. Jadi orang yang baca seolah-olah merasa sedang baca majalah, tapi sebetulnya ia mendapat informasi tentang apa yang bisa dilakukan Arkea.

Thanks to Oriflame.

Always Positive!


Saat berbisnis Oriflame, saya belajar untuk terus positif. Atas apapun.

Katalog sulit didapat ya jangan ngeluh, Harus set pikiran: "Gila ih, bulan ini promo bagus-bagus banget sih jadinya banyak yang mau dapat katalog. Selanjutnya, jangan sampai kehabisan nih. Mesti stok 100 katalog."

Lalu segera fokus mencari solusi. Pakai katalog online misalnya. Lebih hemat dan lebih cepat dilihat calon konsumen.

Barang habis juga gitu. Jangan ngeluh. Mesti mikir : Laris amat produk ini sih. lalu fokus cari solusi. Misal tawarin produk lain, atau cari konsumen dengan preferensi berbeda. Tips buat mengatasi dua masalah di atas sebetulnya mudah: Hero Product. Dulu saya belajar ini dari Pak Amir Mortazavi pada sebuah seminar di Jakarta. Maksudnya gimana? Ya pilih saja hero product yang kita suka. Kita nge-fans dengan tendercare nya ya? Ya fokus dengan produk itu. Jadilah ahli tender care. Jadi kita jualan enggak tergantung promo.

Dulu, salah satu hero product saya di Oriflame ialah semua roll on Oriflame karena enggak berbekas di baju. Dengan rata-rata 4 poin per produk, ya tinggal jualin 15 produk dan sisa target poin saya dapatkan dari pengalihan kebutuhan pribadi. Lalu fokus di jaringan.

Saat menjalankan bisnis Arkea, masalah produksi biasanya yang paling memusingkan. Kurs dollar naik hingga harga kertas melambung, klien yang memberi bahan dengan tenggat waktu sangat mepet hingga vendor yang tidak tepat janji. Ya tetap positif. Setiap proses adalah pembelajaran. Fokus pada solusi, bukan tuding-tudingan salah dan benar.


Pantang mundur tapi gampang move on


Pernah bertemu prospek yang semangat trus menghilang tanpa kabar? Atau sudah jadi downline yang awalnya menggebu-gebu lalu bergeming saat waktunya bekerja?

Kalau dimasukkan ke hati, bisa sedih melulu loh.  Sebab semua itu terjadi tak cuma sekali dua kali. Dan saya merasakan ini enggak cuma saat masih berbisnis Oriflame. Di bisnis saat ini pun juga terjadi. Sudah pitching, batal. Biasanya karena budget enggak cocok. Atau karena satu dan lain hal. Jadi saya buat SOP, kalau satu minggu sejak penawaran terakhir enggak ada kabar lagi ya sudah, arsipkan saja. Move on dan cari klien baru.

Pelajaran dan sikap mental ini banyak saya dapatkan dari leader-leader Oriflame seperti Mbak Meuthia Rizki, Mbak Ilnayuti Sari juga Mbak Nad. :)

Kalkulatif


Saat di Oriflame, saya sangat belajar berhitung bisnis. Tiap bulan, saya selalu hitung habis katalog berapa banyak, habis waktu berapa banyak, pulsa, tester dll yang saya gunakan. Lalu berapa yang saya dapat dari penjualan? Berapa bonus dari total poin yang saya dapat? Dan berapa banyak member baru bergabung.  Misalnya, dari 100 katalog yang disebar, apa yang saya dapat? Hitungan ini memberi gambaran besar tentang efisiensi kerja. Kalau sudah sebar 100 katalog, sudah merasa ngeprospek 3 orang setiap hari, tapi belum juga bisa jadi SM pasti ada yang salah dengan CARANYA. Pasti. Misalnya, nyebar 100 katalog di bis sudah pasti akan mubazir dibandingkan dengan menunjukkan 1 katalog ke 1 orang, tiap hari.

Di Arkea, saya berhitung hal yang sama. Berapa lama waktu yang saya habiskan buat meeting awal dengan klien, buat memikirkan konsepnya, buat bekerjanya? Berapa banyak modal yang saya pakai buat semua buku yang saya beli untuk melengkapi riset, transportasi, membuat mock up atau mungkin mentraktir klien pada pertemuan pertama?

Guideline dan SOP


Standar Operational Procedure. Ini saya pelajari dari dBC Network. :)
Setiap step ada caranya. Setiap tahap ada guidelinenya. Materi-materi ini membuat jaringan makin besar karena anggota-anggotanya bisa belajar secara mandiri dan bisa menerapkan dengan pendekatan dan gaya masing-masing.

Di Arkea, saya menerapkan hal sama. Membangun sistem, membuat SOP dan guideline. Agar tiap-tiap fungsi bisa bekerja mandiri tanpa banyak bertanya lagi pada saya. Sangat menghemat waktu. Ribetnya di awal, tapi enak di kemudian hari.

Team Work


Bongkar pasang tim inti itu biasa kalau di Oriflame. Harus berani tegas memilih bekerja dengan siapa. Dan wajar sekali jika membutuhkan waktu panjang untuk mendapatkan tim solid.

Saat menjalankan bisnis sendiri pun begitu. Apalagi masih startup. Mencari tim yang tepat tidak mudah. Saat kita pikir sudah oke pun, di tengah jalan, bisa saja orang-orang itu 'cari gara-gara'. Kalau sudah begini kan problem lagi. Memecat orang itu tanggungjawabnya besar dan rasa bersalahnya juga luar biasa. Enggak bisa sembarangan.

Tapi, ya mau enggak mau harus tegas. Demi impian besar yang sedang diperjuangkan. Yang penting, set aturan main yang jelas dan komitmen menerapkannya.

Game Plan


Ini istilah yang baru dikenalkan Oriflame beberapa bulan terakhir. 90 days Game Plan. Itu tentang apa yang mesti dilakukan jika mau jadi SM, jika mau berpenghasilan Rp4 jutaan tiga bulan dari sekarang.

Dalam bisnis, biasanya ada business plan. Nah itu mirip lah. Hanya saja istilah "game" terasa lebih fun dan enggak menakutkan. If business is a game, so it's the plan. :D

Well, awalnya Arkea ada tanpa business plan yang detil. Sekarang udah mendingan sih, udah punya business plan yang lumayan terperinci. Apalagi sejak ada investor yang kemudian menjadi komisaris. Hehehe. Kurang asem betul kalau saya enggak punya business plan.

Untuk dua orang project manager Arkea, saya membuat semacam game plan untuk mencapai target. Rewardnya menarik. Bisa pilih salah satu tujuan dari 8 conference dan book fair di luar negeri pada tahun 2016, ditambah satu bulan off tapi tetap digaji, yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan diri. Asyik ya? tentu saja ada syaratnya. :D

Again, thanks to Oriflame untuk inspirasi ini.

Sebetulnya masih ada beberapa lagi, tapi kuota waktu saya buat nge-blog hari ini sudah habis. hahaha. Jadi, sampai berjumpa di sicaharum.com saja. 

Sukses buat semua pebisnis Oriflame. Believe in your dream ya! Semangat! :)